Villa Price in Bali

Oleh I Made Arif Dwija Saputra, Marketing Miraland

Dalam hal investasi properti tropis di Asia Tenggara, dua destinasi yang paling sering menjadi sorotan adalah Bali dan Thailand. Dengan keindahan pantai, budaya yang kaya, serta komunitas ekspatriat yang berkembang, keduanya terus menarik perhatian investor global. Namun, jika dilihat dari harga vila, potensi sewa, hingga regulasi kepemilikan di tahun 2025, kedua pasar ini menawarkan peluang yang sangat berbeda.

Gambaran Harga Vila: Bali vs. Thailand

Bali tetap menjadi destinasi utama bagi investor vila mewah. Harga vila entry-level di Bali biasanya dimulai dari USD 150.000, sementara properti kelas atas di lokasi premium seperti Uluwatu, Canggu, atau kawasan pantai bisa mencapai lebih dari USD 1 juta. Lanskap properti di Bali didominasi oleh vila butik dan proyek investasi tanah, dengan permintaan tinggi di kawasan wisata populer seperti Pererenan dan Seminyak.

Thailand, sebaliknya, menawarkan variasi properti yang lebih luas, terutama di kota-kota seperti Bangkok dan Chiang Mai, di mana kondominium lebih mendominasi pasar. Kondominium di pusat kota dapat dimulai dari USD 80.000, menjadikannya pilihan masuk yang terjangkau bagi investor. Namun, vila berdiri sendiri—yang lebih umum ditemukan di destinasi wisata seperti Phuket atau Koh Samui—memiliki harga yang sangat bervariasi tergantung lokasi dan kemewahannya.

Harga per Meter Persegi: Thailand Lebih Mahal daripada Bali

Meskipun Thailand menawarkan harga awal yang lebih rendah dalam beberapa segmen, perbandingan yang lebih mendalam menunjukkan bahwa harga vila dan apartemen per meter persegi jauh lebih tinggi di Thailand daripada di Bali. Misalnya:

Ini berarti Phuket sekitar 142% lebih mahal dibandingkan Bali berdasarkan harga per meter persegi—faktor penting bagi investor yang fokus pada efisiensi modal.

Imbal Hasil Sewa dan Potensi Investasi

Tahun 2025 menunjukkan bahwa Bali masih mengungguli Thailand dalam hal potensi imbal hasil sewa. Berkat pemulihan pariwisata yang kuat, komunitas digital nomad yang terus berkembang, dan tren penyewaan jangka pendek ala Airbnb, vila di Bali menghasilkan imbal hasil antara 7% hingga 15% di lokasi-lokasi strategis.

Sebaliknya, imbal hasil sewa di Thailand berkisar antara 5% hingga 7%, dengan beberapa pasar menghadapi kelebihan pasokan yang menghambat apresiasi nilai. Meskipun Phuket dan Chiang Mai tetap menjadi tujuan wisata populer, tingkat pengembalian investasi umumnya lebih rendah.

Hukum Kepemilikan: Bali Lebih Fleksibel

Salah satu perbedaan utama antara kedua pasar ini adalah aturan kepemilikan properti oleh orang asing.
Di Bali, investor asing dapat mengakses properti secara legal melalui struktur sewa jangka panjang (leasehold), kemitraan lokal, atau badan hukum, yang memberikan fleksibilitas dan kendali jangka panjang. Kerangka hukum ini mendukung kepercayaan dan perencanaan jangka panjang bagi investor.

Sebaliknya, Thailand membatasi kepemilikan tanah bagi warga asing, sehingga kepemilikan vila secara langsung menjadi lebih kompleks. Meski orang asing dapat memiliki kondominium di bawah kuota tertentu, kepemilikan penuh atas vila jauh lebih terbatas, terutama di area dengan permintaan tinggi.

Biaya Hidup dan Daya Tarik Gaya Hidup

Menariknya, meskipun Bali menawarkan imbal hasil sewa yang lebih tinggi, biaya hidup secara keseluruhan—terutama biaya perumahan—jauh lebih tinggi dibandingkan Thailand. Bahkan, biaya tempat tinggal di Bali bisa 2,2 kali lebih mahal daripada di Thailand untuk jenis properti yang sebanding.

Namun, bagi banyak investor dan pencari gaya hidup, daya tarik Bali melampaui sekadar angka. Dengan budaya pantai, komunitas spiritual, tren gaya hidup berkelanjutan, dan fasilitas yang semakin modern, Bali menarik perhatian digital nomad, entrepreneur kreatif, hingga pencari kehidupan holistik.

Sementara itu, Thailand menawarkan infrastruktur kota yang canggih, layanan kesehatan kelas dunia, serta kenyamanan tinggal jangka panjang di kota-kota seperti Bangkok. Bagi pensiunan atau mereka yang mencari kehidupan urban yang stabil dan terjangkau, Thailand bisa menjadi pilihan yang tepat.

Ringkasan: Bali vs. Thailand (2025)

Aspek Bali Thailand (Phuket/Bangkok)
Harga vila entry-level Mulai dari USD 150.000 Kondominium mulai dari USD 80.000
Harga vila mewah USD 500.000 – 1 juta+ Lebih tinggi, tergantung lokasi
Harga per m² ~2,58 juta IDR ~6,24 juta IDR (142% lebih mahal)
Imbal hasil sewa 7% – 15% 5% – 7%
Fleksibilitas kepemilikan Leasehold, kepemilikan melalui PT Terbatas, mayoritas untuk kondominium
Biaya hidup (perumahan) Lebih tinggi (2,2x dibanding Thailand) Lebih rendah
Daya tarik gaya hidup Budaya pantai, spiritual, nomad digital Infrastruktur kota, kesehatan, gaya hidup pulau

Kesimpulan: Mana Pilihan Terbaik untuk Anda?

Bagi investor yang mengejar imbal hasil tinggi, pertumbuhan pariwisata, dan gaya hidup santai di pulau tropis, Bali merupakan pilihan unggul di tahun 2025. Infrastruktur yang terus berkembang, opsi kepemilikan yang fleksibel, serta permintaan sewa yang kuat menjadikannya salah satu pasar properti terpanas di Asia Tenggara.

Namun, jika fokus Anda adalah pada keterjangkauan, kenyamanan kota, dan stabilitas jangka panjang, maka Thailand—khususnya Bangkok atau Phuket—mungkin lebih sesuai.

Pada akhirnya, pilihan terbaik tergantung pada tujuan investasi, preferensi gaya hidup, dan strategi hukum Anda. Baik Bali maupun Thailand sama-sama menawarkan peluang menarik bagi mereka yang ingin memiliki properti di surga tropis Asia pada tahun 2025.